Sabtu, 09 Oktober 2010

Seorang Pahlawan Yang Tak Di Kenal

Terik mentari kian menyengat, tubuh renta itu terus berjalan. Tak hiraukan beribu peluh yang membanjiri seluruh tubuhnya yang renta. Tak hiraukan kerikil tajam yang mengoyak kakinya yang telanjang. Tak hiraukan lapar dahaga yang kian menyiksanya. Kulitnya yang menghitam terkena sengatan mentari yang kian menggila. Lelaki tua itu terus saja berjalan, sesekali dia membungkuk memungut sesuatu dan kemudian memasukkan ke dalam karung yang ada di gendongannya. Lelaki tua itu berhenti, tampaknya dia sangat letih, dia duduk di trotoar jalan. Lalu lalang orang berjalan di depannya, kehidupan kota mulai berdenyut. Wajahnya yang kusut dan kosong, pakaiannya compang-camping, kerutan tampat jelas di bawah kelopak matanya.

Lelaki tua itu bangkit dari duduknya, dia memungut sesuatu, ya sebatang rokok, kemudian dia kembali ke tempat duduknya semula, dia meraba-raba saku bajunya. Dia mengambil korek api dan menyalakan rokok yang baru di pungutnya. Tangannya bergetar dan rokoknya terjatuh, dia pungut kembali dan menghisapnya dalam-dalam, sangat menikmati sekali. Diputarnya rokok yang tinggal separo itu, ah.. rokok itu terjatuh lagi, dan dia kembali memungutnya dan tangannya memegangi perutnya. Lelaki tua itu tampak sekali kalau sedang menahan rasa sakit. Tubuhnya tampak menggigil, bergetar. Tak ada orang yang menghiraukannya. Ada anak-anak kecil tampak lewat di depannya. Anak-anak itu malah mengejeknya “orang gila, orang gila”

Sungguh tidak sopan! kali ini rokoknya kembali terjatuh, dan kali ini sudah tak terselamatkan lagi, dia kelihatan sangat kecewa. Wajah rentanya nampak memelas. Aku yang dari tadi memperhatikannya tak tega melihatnya. Tubuhnya terus saja gemetaran.

Aku pesan sebungkus nasi dan minuman hangat, aku lari menghampirinya. Aku sodorkan sebungkus nasi itu padanya. Tanpa ada kata-kata lelaki tua itu langsung meraih sebungkus nasi yang aku sodorkan. Dia makan begitu lahap, ternyata benar dia sangat kelaparan. Dalam waktu sekejap nasi itu sudah habis dilahapnya. Setelah selesai dia berterima kasih padaku. Dia bercerita kalau sudah dua hari belum makan. Dia bercerita banyak tentang dirinya padaku. Ternyata dia juga tidak punya tempat tinggal. Lelaki tua itu mengais sampah di jalan hanya demi sesuap nasi. Mengumpulkan benda apa saja demi uang yang besarnya hanya ribuan.
Aku jadi ingat uang ratusan juta yang untuk menyuap jaksa. Bagaiamana kalau uang itu di gunakan untuk menolong mereka. Sungguh tidak adil. Masih banyak di negri ini yang nasibnya sama dengan lelaki tua itu.
Lelaki tua itu bercerita padaku tentang zaman dulu, zaman saat masih perang. Bahkan dia juga ikut berperang. Oh rupanya lelaki tua ini seorang pahlawan juga. Tapi tak ada orang yang tau, bahkan banyak yang menganggapnya gila. Dia begitu bersemangat bercerita . Cerita tentang betapa gagahnya dia saat melawan jepang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar